Reporter : Tomy Gutama
BONTANG, KALTIMOKE – Hujan yang turun seminggu berturut-turut menyebabkan naiknya intensitas air di sungai Kota Bontang. Hal tersebut membuat beberapa Kelurahan rawan banjir bersiaga.
Kelurahan Api-api misalnya, Wilayah yang dilalui 2 sungai, yakni Sungai Bontang dan Sungai Siagian itu dapat dikatakan sebagai daerah langganan banjir. Pada banjir besar di tahun 2019 lalu sebanyak 29 RT, 1104 KK dan 3768 jiwa terdampak.
Lurah Api-api, Andiga Mufti Kuswardani mengatakan masalah banjir ini memang menjadi permasalahan tersendiri di Kelurahan Api-api.
Ditengah musim hujan seperti sekarang ini, kita terus mengingatkan kepada warga, Ketua RT khususnya untuk lebih waspada.
“Dan kita juga menginformasikan terus perkembangan sungai yang ada di Kelurahan Api-api. Sejauh ini masih aman, RT juga dapat memantau langsung kondisi sungai secara online. Melalui semacam aplikasi sensor, dari Komunitas Pemantau Air Sungai (Kompas) Bontang,” ujarnya saat disambangi di kantornya Selasa (8/9/2020).
Ia juga mengatakan walaupun beberapa hari ini curah hujan di Kota Bontang tinggi, namun sejauh ini belum ada laporan dari warga di Kelurahan Api-api yang rumahnya terendam banjir.
“Kemaren malam lusa memang ada laporan peningkatan air sungai di belakang Bank Danarta, sudah menggenangi jalan tapi Alhamdulillah tidak sampai masuk rumah dan cepat surut kembali,” ucapnya.
“Pemerintah Kota Bontang juga telah melakukan Normalisasi Sungai, salah satu faktor pengurangan debit air sehingga banjir dapat dimininalisir,” sambungnya.
Senada dengan Kelurahan Api-api, salah satu daerah langganan banjir yakni Kelurahan Gunung Telihan pun demikian. Sejauh ini tidak didapati temuan ataupun laporan warganya yang terdampak banjir.
“Alhamdulillah saat ini masih aman saja. Dapat kita lihat bahwa Pemerintah Kota Bontang telah menjadikan penanganan banjir menjadi perhatian khusus,” ujar Lurah Gunung Elai, Kaspul Anwar.
Perbandingan dari tahun lalu sudah jauh sekali perbedaannya, kita berharap bersama dengan ikhtiar yang telah dilakukan Pemkot, banjir dapat tertangani.
“Kita juga bersiap, kita selalu monitoring jika kondisi air sungai meningkat kita akan laporkan ke warga melalui masing-masing RT,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala BPBD Kota Bontang, Ahmad Yani mengatakan memang musibah banjir di Kota Bontang 3 tahun belakangan ini mengalami penurunan. Tercatat tahun 2017 ada 7 kasus banjir, 2018 4 kasus, dan 2019 sebanyak 1 kasus.
“Dan pada 2019 banjir terbesar, karena bertemunya fenomena banjir kiriman ditambah banjir tadah hujan dan banjir rob yang mengakibatkan 54 RT terdampak,” ujarnya.
Adapun faktor yang mempengaruhi kasus banjir di Kota Bontang ialah adanya pendangkalan sungai, konstruksi jembatan yang menghalangi laju air, tiang rumah bantaran sungai, hingga penyempitan sungai.
“Kita juga sudah rekomendasikan penanganan-penanganan banjir, dan Alhamdulillah walaupun belum sepenuhnya selesai namun sudah bisa kita lihat efeknya sekarang seperti apa. Dan untuk saat ini jika hanya sekedar hujan lokal Bontang dapat dikatakan aman,” ucapnya.
Ahmad Yani juga menyampaikan bahwa pihaknya selalu bersiaga ketika memang curah hujan mulai meningkat. Kita siagakan alat dan petugas untuk memonitoring kondisi sungai.
“Nantinya kita akan laporkan ke masing-masing Kecamatan dan Kelurahan,” ujarnya. (**)





