Kesulitan Deteksi Penularan HIV/AIDS pada Kelompok LSL, Dinkes Bontang Perlu Penjangkauan Khusus

by

KALTIMOKE, BONTANG – Penyebaran HIV/AIDS di Kota Bontang menjadi perhatian serius, namun tantangan terbesar yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat adalah mendeteksi penularan pada kelompok Lelaki Seks Lelaki (LSL).

Ketua Tim Kerja Penyakit Menular Dinkes Bontang, Nur Ilham, mengungkapkan bahwa identifikasi penularan pada kelompok ini sangat sulit dilakukan karena sulitnya mengakses data dan memetakan kelompok dengan orientasi seksual tersebut.

“Kelompok LSL ini sulit terdeteksi karena kita tidak bisa langsung mengetahui orientasi seksual mereka. Oleh karena itu, kami membutuhkan penjangkauan khusus untuk mencapai mereka,” ujar Ilham saat ditemui, Selasa (15/7/2025).

Selain LSL, kelompok lain yang berisiko tinggi terinfeksi HIV/AIDS di Bontang adalah warga binaan lapas, ibu hamil, waria, dan pekerja seks komersial (PSK). Dinkes Bontang memastikan agar kelompok-kelompok ini rutin melakukan pemeriksaan HIV/AIDS setiap tahunnya.

Ilham melanjutkan, meskipun upaya penjangkauan sudah dilakukan, jumlah kasus HIV/AIDS di Bontang masih tergolong tinggi. Pada Juni 2025, tercatat 26 kasus baru, sementara pada 2024 jumlahnya lebih tinggi, yakni mencapai 65 kasus. Salah satu tren mencolok adalah penularan yang banyak terjadi pada usia produktif, khususnya di rentang usia 25-49 tahun.

“Dari 26 kasus baru pada 2025, 24 di antaranya adalah mereka yang berusia antara 25 hingga 49 tahun. Ini juga mirip dengan tren pada 2024, di mana 39 orang dari total 65 kasus berada dalam rentang usia yang sama,” jelas Ilham.

HIV/AIDS, menurut Ilham, mayoritas tersebar melalui hubungan seks bebas tanpa pengaman. Berdasarkan informasi dari Kemenkes RI, virus HIV menyebar melalui cairan tubuh penderita seperti darah, sperma, cairan vagina, anus, dan ASI.

“Di Bontang, mayoritas penularan HIV/AIDS terjadi akibat hubungan seks bebas. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kami untuk mengedukasi masyarakat agar lebih sadar akan bahaya perilaku seks yang tidak aman,” jelasnya.

Pencegahan menjadi kunci utama dalam menekan angka penularan HIV/AIDS. Ilham mengingatkan pentingnya penggunaan pengaman dalam setiap hubungan seksual dan menghindari pemakaian jarum suntik secara bergantian, baik untuk tato maupun untuk narkoba.

“Pola hidup sehat sangat penting. Jangan pernah menyepelekan HIV/AIDS, karena virus ini bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia, gender, atau status sosial,” tegasnya.

Dinkes Bontang pun terus gencar melakukan edukasi kepada masyarakat, baik melalui sosialisasi langsung maupun media sosial, untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya HIV/AIDS dan cara-cara pencegahannya.

Meski tantangan terus ada, harapan untuk mengurangi penyebaran HIV/AIDS di Kota Bontang tetap ada, asalkan masyarakat bisa lebih peduli dan bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan diri dan orang lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.