KALTIMOKE, BONTANG – Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, menekankan pentingnya perbaikan dan penguatan manajemen data dalam upaya percepatan penurunan stunting di Kota Bontang.
Hal ini disampaikannya dalam kegiatan Ceramah Ilmiah dan Edukasi Kesehatan yang digelar Kamis (7/8/2025) di Pendopo Rumah Jabatan Wali Kota Bontang, sebagai bagian dari pengabdian masyarakat Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Menurut Neni, fluktuasi data stunting yang terjadi selama ini bukan semata karena meningkatnya jumlah balita stunting, melainkan karena masih rendahnya cakupan pemantauan tumbuh kembang balita di Posyandu. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bontang, dari total 16.226 sasaran balita pada 2024, hanya 6.018 balita atau sekitar 37,09 persen yang tercatat melakukan pemantauan.
“Validitas data sangat menentukan arah kebijakan. Kita perlu evaluasi menyeluruh dan perbaikan manajemen data agar intervensi yang dilakukan benar-benar tepat sasaran,” ujar Wali Kota dalam sambutannya.
Meski menghadapi tantangan pada aspek pendataan, Neni mengungkapkan bahwa angka stunting di Kota Bontang menunjukkan tren positif. Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) menunjukkan penurunan sebesar 6,7 persen pada tahun 2024 menjadi 20,7 persen.
“Berdasarkan data timbang serentak Mei 2025, prevalensi stunting di Bontang telah turun menjadi 17,44 persen dari 10.056 balita yang dipantau,”terangnya.
Selain itu, Neni juga menegaskan pentingnya konsistensi dalam pemantauan dan pencatatan pertumbuhan anak di seluruh wilayah. Menurutnya, data yang akurat akan menjadi fondasi utama dalam menyusun strategi dan mengevaluasi efektivitas program pemerintah, seperti intervensi gizi, edukasi pola asuh, penguatan Posyandu, serta perbaikan akses air bersih dan sanitasi.
“Tanpa data yang kuat, semua strategi hanya akan jadi wacana. Maka dari itu, koordinasi lintas sektor dan pelibatan semua pihak sangat diperlukan,” tutupnya.(*)







