KALTIMOKE, BONTANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Bontang mencatat penurunan kasus baru HIV pada tahun 2025. Ketua Tim Kerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Bontang, Nur Ilham, mengatakan sepanjang Januari hingga Desember 2025 ditemukan 42 kasus baru HIV. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2024 yang mencapai 66 kasus baru.
“Penularan HIV terjadi melalui kontak darah, cairan sperma, dan cairan vagina. Bisa melalui hubungan seksual atau kontak darah seperti transfusi atau luka,” jelas Ilham, Senin (1/12/2025).

Ia menegaskan bahwa aktivitas seperti berjabat tangan, makan bersama, berpelukan, maupun menggunakan toilet yang sama tidak menularkan HIV selama tidak ada kontak seksual atau pertukaran cairan tubuh.
Rincian Kasus HIV/AIDS di Bontang 2025
Usia 15–19 tahun: 5 kasus
Usia 20–24 tahun: 4 kasus
Usia 25–49 tahun: 29 kasus
Usia di atas 50 tahun: 4 kasus
Sementara itu, data kumulatif sejak 2016 hingga 2025 mencatat 582 kasus HIV/AIDS di Bontang.
Usia 15–19 tahun: 17 kasus
Usia 20–24 tahun: 71 kasus
Usia 25–49 tahun: 409 kasus
Usia di atas 50 tahun: 70 kasus
Laki – Laki: 377
Perempuan: 205
Ilham menyebut data tersebut masih akan terus diverifikasi. “Dari 582 kasus itu, 114 orang sudah meninggal, 397 masih menjalani pengobatan, dan 71 orang gagal follow up atau berhenti minum obat,” ujarnya.
Ia menambahkan, bahkan bayi pun memiliki potensi tertular HIV, sehingga edukasi perlu diperluas sejak dini. Karena itu, Dinkes melalui puskesmas aktif memberikan pemahaman kepada pelajar.
Di setiap puskesmas, Dinkes Bontang rutin menggalakkan edukasi yang disebut Tiga Pilar, yang diberikan kepada pelajar SD, SMP, hingga SMA. Informasi tentang HIV/AIDS, Informasi terkait narkoba, Informasi kesehatan reproduksi
“Tiga pilar ini harus menjadi domain informasi yang wajib anak-anak kita terima,” tegas Ilham.
Wakil Wali Kota Bontang, Agus Haris, mengapresiasi penurunan angka kasus HIV tahun 2025. Ia menilai keberhasilan itu tak lepas dari meningkatnya keterbukaan masyarakat untuk melakukan screening.
“Dulu banyak yang khawatir dan malu untuk diperiksa. Tapi sekarang masyarakat lebih paham bahwa ini bukan hal yang perlu disembunyikan. Dengan melapor, mereka bisa mendapatkan pendampingan dari Dinkes dan puskesmas, termasuk edukasi dan bimbingan keagamaan,” ujar Agus Haris usai membuka kegiatan talk show yang di selenggarakan Dinkes Bontang di Peringatan Hari HIV/AIDS Sedunia.
Ia juga menyinggung kembali wacananya untuk memusatkan kawasan hiburan di pulau, bukan di tengah kota. “Tujuannya agar anak muda tidak mudah mencontoh hal-hal negatif. Wacana ini sudah saya sampaikan ke provinsi dan mereka menyambut baik. Tetapi yang paling utama tetap peran orang tua dalam pendidikan di rumah,” katanya.
Dengan meningkatnya edukasi dan keberanian masyarakat untuk melakukan pemeriksaan, pemerintah berharap angka kasus HIV di Bontang terus menurun dan penanganan dapat semakin optimal.






