KALTIMOKE, BONTANG – Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-61, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bontang menggelar seminar kesehatan bertema “Peran Olahraga dalam Pengendalian Obesitas dan Pencegahan Diabetes Melitus”. Kegiatan ini berlangsung di Pendopo Rumah Jabatan Wali Kota Bontang pada Selasa (2/12/2025) dan dihadiri ratusan peserta yang terdiri dari unsur olahraga, siswa, tenaga kesehatan, dan perwakilan Dinas Pendidikan..
Seminar ini diinisiasi sebagai upaya Dinkes Bontang untuk merespons meningkatnya kasus penyakit tidak menular (PTM), khususnya obesitas dan diabetes melitus, yang kini banyak terjadi pada usia muda. Ketua Tim Kerja P2PTM Dinkes Bontang, Andriana Ratna Ningrum, menegaskan bahwa edukasi kesehatan tidak boleh hanya menyasar kelompok dewasa, tetapi juga remaja dan pelajar yang rentan mengalami perubahan gaya hidup.
“Kami menghadirkan narasumber yang kompeten di bidang kesehatan anak dan kesehatan olahraga. Harapannya materi yang diberikan dapat memperkuat pemahaman peserta mengenai hubungan erat antara obesitas dan diabetes, serta pentingnya aktivitas fisik yang teratur,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Dinkes Bontang menghadirkan dua narasumber. Pertama, dr. Hanif Abror, Sp.KO, yang memberikan paparan secara daring mengenai peran olahraga dalam mencegah obesitas. Narasumber kedua, dr. Arpita Eka Putri Muskita Sari, dihadirkan secara langsung untuk menyampaikan materi terkait kesehatan anak dan pencegahan diabetes sejak dini.
Andriana menegaskan bahwa seminar ini diharapkan mampu melahirkan agen-agen perubahan di lingkungan sekolah maupun keluarga, termasuk dalam membudayakan olahraga rutin dan pola makan sehat. Ia menyampaikan terima kasih kepada guru pendamping, peserta didik, serta narasumber yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
“Semoga kegiatan ini memberi manfaat besar bagi kesehatan masyarakat dan menjadi langkah kecil menuju perubahan perilaku hidup sehat,” ucapnya.
Sementara itu, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Bontang, Nur Asma, memaparkan sejumlah data yang menunjukkan tren meningkatnya kasus obesitas dan diabetes pada usia muda. Berdasarkan data nasional dan survei kesehatan, prevalensi obesitas pada remaja mencapai 35 persen, sedangkan kurangnya aktivitas fisik ditemukan pada lebih dari 9.000 orang yang telah menjalani pemeriksaan kesehatan.
“Dari 10.160 orang, sebanyak 9.026 tercatat kurang aktivitas fisik. Ini menunjukkan gaya hidup sedentari sudah sangat mengkhawatirkan,” terangnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa kasus diabetes pada usia muda kini semakin banyak ditemukan, bahkan pasien cuci darah dengan usia di bawah 30 tahun mulai meningkat.
Lebih jauh, kata dia, pola konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) pada remaja menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya risiko obesitas. Padahal, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan pedoman batas konsumsi GGL melalui Permenkes Nomor 30 Tahun 2013.
“Gula maksimal empat sendok makan per hari, garam satu sendok teh, dan lemak lima sendok makan. Namun kenyataannya makanan kekinian saat ini sangat tinggi gula,” paparnya.
Nur Asma menekankan pentingnya perubahan perilaku sebagai kunci utama pencegahan obesitas dan diabetes. Ia berharap para siswa mulai bijak memilih makanan dan mengurangi konsumsi minuman manis, termasuk boba dan jajanan tinggi gula lainnya.
Menurutnya, apa yang dikonsumsi hari ini berdampak dua hingga tiga tahun ke depan. Karena itu, perubahan gaya hidup harus dimulai sekarang.
Dalam kesempatan itu, ia kembali mengajak seluruh pihak, termasuk sektor pendidikan, guru, dan orang tua untuk terus bekerja sama membentuk lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat.
“Kesehatan tidak dapat berjalan sendiri tanpa kolaborasi lintas sektor. Dengan komitmen bersama, kita dapat mewujudkan masyarakat yang lebih sehat, produktif, dan bebas dari beban penyakit tidak menular,” pungkasnya. (Irha)





