KALTIMOKE, BONTANG – Pemerintah Kota Bontang mencatat capaian menggembirakan dalam penanganan stunting. Berdasarkan data terbaru dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), angka stunting pada balita di Bontang turun signifikan dari 20,6 persen stunting pada Agustus 2024 menjadi 12 persen atau setara 1.219 anak per Mei 2025.
Penurunan drastis ini disampaikan langsung oleh Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, dalam konferensi pers di Rumah Jabatan Wali Kota, Senin (26/5/2025).
“Angka stunting turun menjadi hanya 12 persen dari total balita di Bontang. Ini adalah hasil kerja bersama, dan juga dukungan masyarakat,” ujar Neni.
Penurunan ini didukung oleh hasil program operasi timbang dan diagnosa dokter spesialis anak, yang menyebut dari total lebih dari 10 ribu balita, 1.700 di antaranya terdiagnosa stunting. Dari jumlah tersebut, sekitar 880 anak mengalami kondisi pendek karena faktor genetik dan bukan akibat kekurangan gizi.
Namun, Pemkot Bontang tidak berhenti di angka 12 persen. Target ambisius ditetapkan dengan menurunkan angka stunting hingga 2 persen dalam 56 hari.
“Kami akan lakukan penimbangan ulang dalam waktu 56 hari. Targetnya 12 persen ini bisa ditekan ke angka 2 persen. Kalau daerah lain bisa, Bontang pasti bisa,” tegas Neni.
Untuk mendukung target ini, Pemkot mengalokasikan anggaran Rp 4 miliar yang akan didistribusikan ke seluruh puskesmas. Dana tersebut akan dipantau penggunaannya agar tepat sasaran.
“Intervensi gizi akan mencakup pemberian makanan tambahan seperti susu dan bubur kacang hijau di setiap posyandu,”tambahnya
Selain itu program makanan gratis senilai Rp, 32 ribu per porsi juga akan diluncurkan mulai Juli hingga September 2025. Program ini akan dievaluasi secara berkala, dan datanya disampaikan ke BPS serta pemerintah pusat sebagai acuan nasional.
Tak hanya fokus pada balita, intervensi juga menyasar 360 ibu hamil yang terdeteksi memiliki risiko stunting pada anaknya. Mereka akan diberikan asupan gizi tambahan termasuk susu khusus ibu hamil.
Terakhir, Neni menyebut bahwa Pemkot Bontang juga akan mengedepankan edukasi. Literasi kesehatan dan pola asuh akan diberikan kepada orang tua untuk memastikan keberlanjutan pola hidup sehat di rumah tangga.
“Ini bukan hanya soal makanan, tapi juga tentang pola hidup, lingkungan, dan pemahaman orang tua. Termasuk juga soal tempat tinggal yang layak dan sehat,” tutupnya.