Tren Bersepeda, Dokter Sarankan Cek Kesehatan Terlebih Dahulu

Reporter : Mira

BONTANG, KALTIMOKE – Baru-baru ini warga Bontang dihebohkan dengan ditemukannya seorang pengendara sepeda yang tiba-tiba terjatuh saat mengayuh roda duanya tersebut, di Jl WR Supratman, Kelurahan Berbas Tengah, Jumat (2/10/2020), hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia.

Olah raga memang menjadi aktifitas yang dianjurkan agar tubuh menjadi sehat. Namun, bagaimana agar olah raga tersebut bisa bermanfaat, bukan malah sebaliknya apalagi sampai berakibat fatal.

Dokter Spesialis Jantung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Taman Husada Bontang dr. Suhardi, Sp.Jp, menyebutkan, ada banyak macam jenis olah raga. Termasuk yang lagi ngetrend, yakni gowes.

“Kegiatan ini sangat diminati oleh kebanyakan orang, dari berbagai lapisan masyarakat nampak antusias bergowes ria,” tuturnya pada reporter Kaltimoke.co.id, Minggu (4/10/2020).

Memang ada banyak manfaat dari olah raga ini. Selain untuk menyehatkan tubuh, juga kadang sebagai sarana sosialisasi, rekreasi serta kumpul dengan teman-teman.

Akan tetapi, sekiranya harus ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Antara lain, selama olah raga tidak boleh memaksakan diri, harus melihat kondisi tubuh dan rute yang ditempuh.

“Tidak boleh memaksakan diri, artinya setiap olah raga itu ada rambu-rambu dalam tubuh yang harus diperhatikan, semisal detak jantung,” ujarnya.

Kata dia, detak jantung tidak boleh melebihi target yang ditentukan saat beraktifitas. Untuk itu bisa memakai rumus (210 – Umur ) x 85 persen, contoh 210 – 27 x 85 persen = 187,05 batas detak jantung yang ditargetkan.

Lanjutnya, kalau melebihi itu maka jantung akan bekerja berat. Pada kondisi-kondisi tertentu akan memicu terbentuknya oxidative stress yang bisa berakibat fatal. Salah satunya bisa terjadi proses aterosclerosis atau pembuntuan pembuluh darah jantung.

Proses ini bisa berlanjut menjadi gangguan irama jantung bahkan bisa mengakibatkan jantung berhenti dan terjadi kematian. Apalagi pada orang-orang yang sudah memiliki faktor resiko, berupa penyakit darah tinggi, diabetes, obesitas, perokok dan hiperkolesterol.

“Melihat kondisi tubuh yang saya maksud adalah sebelum gowes harus bisa mengukur kondisi tubuh. Lagi fit atau tidak. Kalau tidak fit, diusahakan intensitas ringan. Rute yang ditempuh juga diperhatikan. Untuk usia lanjut sebaiknya mengambil jalur yang datar, on road,” terangnya.

“Ambil jalur yang tidak banyak kendaraan bermotor. Karena banyaknya zat karbon yang dikeluarkan kendaraan bermotor tidak menyehatkan tubuh,” ucapnya.

Terlebih di era pandemi ini untuk goweser dianjurkan tetap memakai masker bagi yang melakukan kegiatan dengan intensitas ringan. Tapi bagi yang intensitas sedang dan berat bisa melepas masker.

Kendati begitu, dr. Suhardi mengimbau agar tetap jaga jarak. Karena disaat aktifitas berat dibutuhkan proses respirasi yang baik, sehingga tidak terjadi hipoksia.

“Selamat gowes, jaga selalu kesehatan,” tutupnya. (**)




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *