PKT, Bukan Sekadar Pabrik Pupuk

BONTANG, KALTIMOKE – PT. Pupuk Kaltim (PKT) terus menunjukkan eksistensinya. Bukan lagi sekadar jadi pabrik pupuk, tapi menyentuh dimensi kehidupan warga Bontang lainnya. Tujuannya jelas, memandirikan masyarakat.

Tujuan mulia tersebut tercermin dari program corporate social responsibility (CSR) perusahaan amoniak ini. Salah satunya, melakukan pembinaan dalam berbagai sektor usaha masyarakat. Misalnya, pertanian, perikanan, perdagangan, industri, jasa, peternakan, perkebunan dan berbagai sektor usaha lainnya.

Selasa, 5 Juni 2018, PKT kembali menjalankan program pembinaan kepada masyarakat. Yakni Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik dari Limbah Cangkang Kepiting dan Kulit Udang. Kegiatan bertajuk “Peluang Bisnis Limbah” ini digelar di gedung Pendidikan dan Latihan (Diklat) Kantor Pusat PT. Pupuk Kaltim.

Hadir Manager CSR PKT, Dwi Pudyasmoro. Dari pemerintah, hadir Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Tangkap dan Budidaya, Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian (DKP3) Kota Bontang, Syamsu Wardi dan Kabid Koperasi dan UKM, Disperindakop Bontang, Yusran. Sementara pemateri dari Tim PKM CHI – TO. Pelatihan dihadiri 20 mitra binaan PKT.

Dwi Pudyasmoro dalam sambutannyamengatakan, salah satu sektor usaha yang menjadi perhatian adalah perikanan. Karena, dari usaha tersebut, terdapat jumlah limbah kepiting dan udang yang dihasilkan dari berbagai Mitra Binaan PKT.

Limbah dimaksud, jika ditotal dapat mencapai 3 ton 40 kg dalam sepekan. Ironisnya, limbah ini belum bisa dimanfaatkan karena cara pengolahannya belum dipahami. Padahal, limbah kepiting dan udang tersebut, juga banyak diperoleh dari rumah makan seafood yang dimiliki Mitra Binaan Perusahaan.

Rumah Makan Seafood merupakan rumah makan yang menyediakan makanan khas laut. Kepiting dan udang merupakan jenis makanan laut yang banyak digemari. Di sisi lain, dampak negatif dari kepiting dan udang adalah adanya bagian lain dari kepiting dan udang yang tidak dimakan dan dibuang ke lingkungan. Yaitu cangkang kepiting dan kulit udang, yang nantinya akan menjadi limbah dan mencemari lingkungan.

“Permasalahan tersebut harus segera dicarikan solusi,” tegasnya.

Beruntung, Tim PKM CHI-TO yang berhasil meraih Gold dalam ajang Pupuk Kaltim Innovation Award Tahun 2017, bermaksud mengembangkan inovasi tersebut. Caranya, dengan menerapkan langsung ke Mitra Binaan Pupuk Kaltim inovasi tersebut.

“Dengan menerapkan teknologi ini, diharapkan semua limbah kepiting dan udang dapat termanfaatkan menjadi Pupuk Organik Cair yang memenuhi SNI,” ujar Dwi.

Ia menjelaskan, dengan mengolah melalui teknologi, limbah bisa menjadi senyawa penting untuk bahan baku pembuatan pupuk organik cair. Dengan demikian, tidak ada lagi limbah yang terbuang (zero waste) dan lingkungan menjadi bersih.

Dari aspek ekonomi, lanjutnya, pupuk organik cair berbahan baku limbah kepiting dan udang memiliki nilai tambah (added value) tinggi. Karena itu, berpotensi memberikan keuntungan bagi perusahaan. “Diharapkan, dengan inovasi ini, selain dapat mengolah limbah kepiting dan udang, produk pupuk jenis baru ini akan menjadi tambahan pendapatan dengan penjualan langsung maupun dengan memperkaya produk pupuk eksisting,” ungkapnya.

“Pelaksanaan pelatihan kepada mitra binaan direncanakan Juni 2018. Pelatihan dilaksanakan selama 7 jam pelajaran setiap hari, yang dimulai dari jam 08.00- 16.00 Wita. Rencananya, akan berlangsung 14 jam atau selama dua hari,” paparnya.

Penerapan inovasi pengolahan limbah kepiting dan udang yang akan diberikan memiliki potensi pasar. Pasalnya, kitosan telah diakui sebagai produk yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi. Mulai pelapis benih, agen pengkhelat, coating pupuk kimia, plant growth promotor dan lain sebagainya. Kitosan dilaporkan memiliki berbagai fungsi biologis seperti anti-mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa pathogen.

Selain itu, kitosan juga dapat dikomersialkan sebagai Pupuk Organik Cair yang berfungsi sebagai growth promotor dengan penyediaan senyawa amino. Fungsinya dapat menstimulasi tahap pertumbuhan awal parameter tinggi tanaman, luas area daun dan bobot kering tanaman.

Kabid Perikanan Tangkap dan Budidaya DKP3 Kota Bontang, Syamsu Wardi sangat mengapresiasi PKT atas perhatian, kepedulian dan inovasinya tersebut. Kata dia, pemanfaatan limbah kepiting dan udang selama ini belum ada di Kota Bontang.

“Ini yang pertama kalinya dan dilakukan oleh PT. Pupuk Kaltim,” ujar Syamsu Wardi.

Ia berharap, pelatihan yang diselenggarakan PKT bisa dengan mudah dipahami warga binaan. Dengan demikian, warga binaan bisa menerapkan di lingkungannya pasca pelatihan.

“Semoga pelatihan pemanfaatan limbah tersebut berdaya guna dan bernilai jual, agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di wilayah pesisir,” harapnya. (**)

 




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *